Selasa, 25 September 2012



IPS Dampak Kepadatan Penduduk

Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, karyailmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunyaAdapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya pada semester 1 kelas 8, di tahun ajaran 2012/2013, dengan judul “ Permasalahan Kependudukan Dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia ”. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentangpermasalahan kependudukan yang dihadapi bangsa Indonesia, yang merupakan salah satu negara di dunia dan seringkali luput dari pengamatan kita sebagai masyarakat Indonesia.

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sudarwati selaku guru pembimbing IPS SMPN 3 Sidoarjo, yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
2. Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Dan teman-teman yang telah memberikan ide baik pikiran maupun tenaga.

serta semua pihak yang ikut membantu dalam pencarian data dan informasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui permasalahan penduduk yang dihadapi bangsa indonesia, karena kita adalah bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia tercinta.



                                                                                                                                                          Hormat Kami,




             Tim Penyusun







BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui tentang permasalaan penduduk yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Dan kebanyakan dari mereka tidak mau ikut campur tentang masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Dan Indonesia pun terpuruk akibat permasalahan penduduk yang dihadapi. Dan bagaimana generasi muda mau menyikapi hal tersebut.

B.     Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatarbelakangi masalah kependudukan di Indonesia. Maka, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
1. Kurangya perhatian dari masyarakat terhadapap masalah kependudukan dan upaya penanggulangannya di negara kita sendiri
2. Tidak meratanya bahan pembelajaran untuk penyuluhan permasalahan penduduk di Indonesia.

C.     Perumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Penduduk Lebih Dan Dapat Menyikapi Permasalahan Penduduk Di Indonesia “

D.    Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia termasuk didalamnya adalah pengajar dan pelajar agar lebih memahami tentang Permasalahan Penduduk Di Indonesia.

E.     Tujuan Penulisan

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang Etos, Fokus dan Unsur kependudukan yang ada di Indoneisa. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang Kependudukan di Indonesia
2. Mengetahui sampai sejauh mana tentang masalah yang dihadapi.





BAB 2
PEMBAHASAN

          Pada makalah ini kami akan membahas tentang mengidentifikasi permasalahan penduduk yang dihadapi bangsa Indoneisa dan upaya penanggulangannya. Disini kami akan merangkum semua masalah menjadi 8 indikator antara lain :

A.    Mengidentifikasi permasalahan penduduk yang dihadapi bangsa Indonesia
B.     Membedakan sensus regristasi dan survey penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk
C.     Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk
D.    Membandingkan tingkat kepadatan penduduk tiap propinsi dan pulau di Indonesia
E.     Mendiskripsikan kondisi penduduk Indoneisa berdasarkan Piramida Penduduk
F.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk
G.    Menganalisis dampak ledakan penduduk
H.    Mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan untuk permasalahan kependudukan di Indonesia


BAB 2
PEMBAHASAN INDIKATOR

A.     Mengidentifikasi permasalahan penduduk yang dihadapi bangsa Indonesia


Setiap Negara mempunyai masalah di bidang kependudukan. Masalah kependudukan yang dihadapi suatu negara berbeda dengan negara yang dihadapi negara lain.

Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi.
Masalah-masalah kependudukan di Indonesia yaitu:
1. Jumlah penduduk besar.
2. Pertumbuhan penduduk cepat.
3. Persebaran penduduk tidak merata.
4. Banyaknya pengangguran.

        Jumlah penduduk yang banyak otomatis memerlukan lapangan pekerjaan yang banyak, sedangkan di Indonesia lapangan pekerjaan terbatas sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran di mana-mana.
Untuk mengatasinya pemerintah harus bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi masalah pengangguran di Indonesia.
Dari hasil survey salah satu televisi swasta nasional, di dapatlah 10 masalah terbesar bangsa indonesia.
1. Persoalan kestabilan ekonomi
2. Korupsi
3. Kemiskinan
4. Pengelolaan BBM
5. Sistem Pendidikan
6. Pengangguran
7. Tingginya Harga Pangan
8. Bencana Alam
9. Kelaparan dan Krisis Pangan
10.Krisis Kepemimpinan

Terlalu banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa ini, berbagai masalah, cobaan, rintangan dan bencana datang silih berganti. Kita selalu memimpikan hidup bahagia, sejahtera, damai dan tenang. Namun kita juga tidak bisa merasa bahagia jika masih ada saudara dan tetangga kita yang masih kesusahan, bagaimana mungkin kita tersenyum sedang orang-orang di sekitar kita menangis.
Kita selalu menyebut indonesia sebagai negara berkembang, namun sampai sekarang perkembangannya selalu terseok-seok, entah kapan benar-benar mampu mengepakkan sayapnya. Kita pernah menjadi macan asia, tapi itu dulu, ketika kita menghalalkan segala cara, meraih pembangunan dengan meninggalkan aspek-aspek lingkungan dan kemanusiaan, ketika kebebasan kita dibatasi oleh diktator dan kesejahteraan hanya tampak sebagai kulit, sedang didalam tak lain dan tak bukan hanyalah kebobrokan.
Kita negara yang kaya, berbagai hasil bumi dan alam yang melimpah, namun kita tidak sejahtera, uang rakyat untuk pembangunan dan kesejahteraan masuk ke saku orang-orang tak bertanggungjawab, mereka tidak malu memakan yang bukan haknya. Korupsi telah mendarah daging.
Kemiskinan yang tinggi, banyaknya rakyat yang hidup dibawah garis kesejahteraan. Pengelolaan BBM yang tidak becus dan tidak transparan semakin memperburuk kondisi negara. Melengkapi deretan-deretan masalah bangsa Indonesia.
Bicara soal sistem pendidikan, mahalnya biaya untuk sekolah dan kuliah, ketidakberesan sistem semakin membuat rakyat dan bangsa ini lengkap dengan kebobrokan dan penderitaan. Lihat saja perbandingan yang cukup mengejutkan antara jumlah penduduk indonesia dengan orang-orang ahli yang dimilikinya. Belum lagi pengangguran yang merajalela, tingginya harga bahan pangan, menyebabkan kelaparan bagi saudara-saudara kita, hal tersebut tentu meningkatkan angka kriminalitas, makin merusak keamanan dan kestabilan negara.
Bicara soal alam Indonesia, Bencana alam yang muncul silih berganti, seolah telah menjadi masalah biasa bagi bangsa ini. Penanganan, pencegahan dan sosialisasi yang kurang, seolah tidak pernah berubah, masih sama saja, Indonesia masih belum mampu berbenah dan hal tersebut masih menjadi masalah utama bangsa Indonesia.
Krisis kepemimpinan, minimnya jumlah pemimpin yang benar-benar mampu merubah dan memakmurkan negara ini, krisis akan kepercayaan terhadap pemimpin dan janji-janji mereka, seolah menjadi trauma tersendiri

B.     Membedakan sensus regristasi dan survey penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kependudukansuatu wilayah atau negara, diperlukan data yang akurat mengenai aspek-aspek kuantitas dan kualitas penduduk. Tingkat akurasi data yang diperoleh sangat memengaruhi ketelitian hasil analisis dan prediksi kondisi kependudukan. Untuk negara Indonesia, lembaga yang bertugas mengumpul kan, mengolah, dan mempublikasikan data kependudukan adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik Indonesia memiliki beberapa sumber data kepen dudukan, yaitu hasil sensus, survei, dan registrasi penduduk.

1. Sensus
Sensus atau cacah jiwa adalah proses pencatatan, perhitungan, dan publikasi data demografis yang dilakukan terhadap semua penduduk yang tinggal menetap di suatu wilayah atau negara    tertentu secara bersamaan. Sensus dilaksanakan setiap 10 tahun sekali. Sampai dengan 2006 negara Indonesia telah melak sanakan enam kali sensus penduduk, yaitu tahun 1920 (oleh pemerintah Belanda), 1961, 1971, 1980, 1990, dan terakhir tahun 2000.Tujuan utama dilaksanakan sensus penduduk antara lain untuk mengetahui jumlah dan perkembangan penduduk dalam periode waktu tertentu, mengetahui persebaran dan kepadatan penduduk di berbagai wilayah, serta mengetahui kondisi demografis lainnya, seperti tingkat kelahiran, kematian, komposisi, dan migrasi.

Di dalam pelaksanaannya, sensus dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

a. Sensus de jure, yaitu proses pencacahan penduduk yang dilaksanakan terhadap semua orang yang benar-benar tercatat bertempat tinggal di suatu wilayah, umumnya sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
b. Sensus de facto, yaitu proses pencacahan penduduk yang dilaksanakan terhadap semua orang yang ditemui oleh petugas ketika dilaksanakan sensus.
2. Survei

                Selain melalui sensus, data kependudukan dapat pula diperoleh dari hasil survei. Dilihat dari pelaksanaannya, survei hampir sama dengan sensus. Perbedaan dari kedua proses pencacahan tersebut terletak pada waktu pelaksanaan, wilayah, dan jumlah penduduk yang di data. Proses pendataan survei hanya dilakukan terhadap sampel (contoh) penduduk di beberapa wilayah yang dianggap dapat mewakili karakteristik semua penduduk di sekitar wilayah sampel. Pelaksanaannya pun dapat dilakukan kapanpun dan tidak memiliki periodisasi seperti sensus. Atau dengan kata lain, survei adalah proses pencacahan terhadap sampel penduduk di beberapa wilayah yang dapat mewakili karakter wilayah secara keseluruhan.
3. Registrasi Penduduk

               Sumber data kependudukan yang ketiga adalah registrasi penduduk, yaitu proses pengumpulan keterangan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa kependudukan harian dan kejadian-kejadian yang mengubah status seseorang, seperti peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian, perpindahan tempat tinggal, dan kematian.
4. Perbedaan Sensus dan Registrasi Penduduk

                 Registrasi penduduk meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan data kependudukan yang terdiri dari kelahiran, perkawinan, perpindahan, dan kematian penduduk serta statistik kependudukan lainnya yang dilakukan mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga tingkat provinsi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjembatani tersedianya data kependudukan tahunan, karena data kependudukan yang ada hanya dapat diperoleh dari Sensus Penduduk (SP) setiap 10 tahun dan Survai Penduduk Antar Sensus (supas) setiap 5 tahun di antara dua Sensus Penduduk. Pelaksanaan registrasi penduduk dilakukan oleh aparat pemerintah daerah di setiap provinsi, sedangkan Sensus Penduduk dikoordinir oleh BPS yang dilakukan serempak di seluruh Indonesia. Perbedaan lainnya, konsep yang dipakai di negara kita untuk Sensus Penduduk adalah kombinasi dari konsep de jure dan de facto, sedangkan Registrasi Penduduk menggunakan konsep de jure.

C.     Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk

         Pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan sensus tahun 1971-1980 pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai angka 2.32% dan pada tahun 2000 pertumbuhan tersebut menurun hingga mencapai 1.7%, kalau kita lihat angka tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan Negara-negara tetangga akan tetapi kalau kita melihat pertumbuhan penduduknya maka tetap besar karena jumlah penduduknya yang sangat besar.

         Kepadatan penduduk.

Kepadatan penduduk adalah jumlah wilayah dibagi dengan jumlah penduduk, Indonesia pada tahun 2005 mempunyai rata-rata kepadatan penduduk adalah 116 jiwa/km2, memang bisa dikatakan cukup padat tapi dengan luas wilayah yang dimiliki Indonesia seharusnya kepadatan penduduk bukan lah masalah.
Kepadatan penduduk menjadi masalah karena tidak tersebar dengan merata, ada yang kepadatan penduduknya sangat tinggi seperti pulau jawa dan ada juga yang kepadatannya rendah seperti Kalimantan, hal ini diduga kuat disebabkan oleh faktor ekonomi.

         Susunan penduduk.

Susunan penduduk adalah pengelompokan seseorang berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sebagainya, susunan penduduk tersebut dapat digambarkan dalam bentuk suatu piramida dan disebut piramida penduduk. Piramida merupakan sebuah bangun ruang yang mempunyai alas lebar dan ujung kerucut, kalau kita terapkan dalam susunan penduduk berdasarkan pendidikan maka penduduk di Indonesia mempunyai penduduk yang paling banyak pada jenjang pendidikan rendah.

Seperti yang telah kita ketahui sekarang, tidak usah jauh-jauh mari kita lihat sepintas keadaan sekitar kita, berapa orang yang berjubel memenuhi KRL maupun bus kota setiap harinya, berapa kendaraan yang memenuhi jalanan Jakarta yang menyebabkan kemacetan setiap harinya. Dari situ pastinya kita dapat mengambil sebuah kesimpulan sederhana, yaitu bahwa sebenarnya pertumbuhan penduduk di kota ini begitu cepat. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek social, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Dengan begitu, maka juga bertambahlah sistem mata pencaharian hidup menjadi lebih kompleks.

Sebenarnya apa sih yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan penduduk itu sendiri? Secara umum ada 3 faktor utama, yaitu :

1. Kelahiran (Fertilitas)
2. Kematian (Mortalitas)
3. Perpindahan (Migrasi)

            Kelahiran bersifat menambah,kematian bersifat mengurangi dan mingrasi dapat bersifat menambah(migrasi masuk)dan dapat pula bersifat mengurangi(mingrasi keluar). untuk banyak negara ,termasuk indonesia,pertumbuhan penduduk di tentukan oleh kelahiran dan kematian,karena mingrasi masuk dan migrasi keluar terlalu kecil sehingga bisa diabaikan,

             Selain faktor demografi ,secara tidak langsung pertumbuhan penduduk juga di pengaruhi oleh faktor-faktor nondemografi.faktor nondemografi yang penting ialah kesaehatan dan pendidikan pengaruh kesehatan dalam pertumbuhan pentuduk terlihat dari jumlah kematian .semangkin maju tingkatan kesehatan ,maka kecil jumlah kematian ,yang selanjutnya dapat menyebabkan pertumbuhan pertumbuhan penduduk besar,apabila jumlah kelahiran besar.kesehatan juga berhubungan dengan pendidikan .semangkin tinggi pendidikan maka kesehatan akan semangkin baik.

              Apabila tinggkat pendidikan tinggi ,pada umumnya mereka akan lebih mudah menerima pembaharuan atau moderenisasi .salah satu contoh ialah meningkatnya usia kawin.semankin tinggi usia kawin ,semangkin tinggi jumlah kelahiran

Faktor penujang kelahiran

karena jumlah kelahiran dan kematian sangat mentukan pertumbuhan penduduk di indonesia,maka kita harus menetahui faktor -faktor apa saja yang mempengaruhi kelahiran dan kematian,,agar usaha intuk mengurangi jumlah kelahiran berhasil baik.

faktor penghambat kelahiran

selain ada penujang kelahiran ada juga faktor yang menghambat kelahiran atau penyebab kelahiran berkurang pemerintah atau negara yang mengambil kebijaksanaan menghambat kelahiran (antinatalitas)bertujuan untuk mengurangi jumlah kelahiran,supaya jumlah penduduk seimbang dengan daya dukungan daerah .daya kemapuan daerah adalah kemampuan daerah untuk menghidupi penduduknya.keseimbangan ini perlu di jaga agar taraf hidup penduduk baik.

Dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari peristiwa yang menyatukan dalam bentuk perbandingan. Biasanya perbandingan ini dinyatakan dalam tiap 1000 penduduk.

Berikut sedikit penjelasan mengenai pengukuran Fertilitas :

1. Pengukuran Fertilitas TahunanAdalah pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Adapun ukuran – ukuran fertilitas tahunan adalah :

1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate )
Adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu tahun tertentu tiap 1000 penduduk.

2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate )
Adalah jumlah kelahiran hidup per.1000 wanita usia reproduksi (usia 14 14-49 atau 15 15-44 th th) ) pada tahun tertentu.

3. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate )
Adalah perhitungan tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun tertentu.

4. Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates Rates)
Adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi bayioleh oleh wanita pada umur dan tahun tertentu.

2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
Adalah pengukuran jumlah rata rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukuran – ukuran fertilitas kumulatif adalah :

1. Tingkat Fertilitas Total (TFR)
adalah jumlah kelahiran hidup laki laki-laki & wanita tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dg dg catatan :
* tidak ada seorang perempuan yg meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
* tingkat fertilitas menurut umur tdk berubah pd periode waktu tertentu.

2. Gross Reproduction Rates (GRR)
adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tdk ada seorang perempuan yg meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.

3. Net Reproduction Rates (NRR)
adalah jumlah kelahiran bayi (pr) oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 (pr) dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan para (pr) itu sebelum mengakhiri mengakhiri masa reproduksinya.

Faktor Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas penduduk :

1. Faktor Demografi, antara lain :
* Struktur umur
* Struktur perkawinan
* Umur kawin pertama
* Paritas
* Disrupsi perkawinan
* Proporsi yang kawin

2. Faktor Non Demografi, antara lain :
* Keadaan ekonomi penduduk
* Tingkat pendidikan
* Perbaikan status perempuan
* Urbanisasi dan industrialisasi

Berikut sedikit penjelasan mengenai pengukuran mortalitas :

1. Crude Death Rate (CDR)
Adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.

2. Age Specific Death Rate (ASDR)
Adalah jumlah kematian penduduk pd tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.

3. Infant Mortality Rate (IMR)
Adalah tingkat kematian bayi

Karakter kelompok penduduk yang mempengaruhi Crude Death Rate (CDR) :

1. Antara penduduk daerah pedesaan dan daerah perkotaan
2. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda
3. Penduduk dengan perbedaan pendapatan
4. Perbedaan jenis kelamin
5. Penduduk dengan perbedaan status kawin

Faktor terakhir yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah adalah Perpindahan (Migrasi) atau Mobilitas Penduduk yang artinya proses gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi migrasi :

* Faktor individu
* Faktor yang terdapat di daerah asal
* Faktor yang terdapat di daerah tujuan
* Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan

Daya tarik dan daya dorong di daerah asal yang mempengaruhi perpindahan penduduk :

1. Kekuatan Sentripetal
Adalah kekuatan yang mengikat orang untuk tinggal di daerah asal, misalnya :
* Terikat tanah warisan
* Menunggu orang tua yang sudah lanjut
* Kegotong royongan yang baik
* Daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka

2. Kekuatan Sentrifugal
Adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal, misalnya :
* Terbatasnya pasaran kerja
* Terbatasnya fasilitas pendidikan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia antara lain :

a.
Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas)
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:
  • Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.
  • Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
  • Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
  • Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
  • Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:
  • Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
  • Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.
  • Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
  • Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.
  • Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas).
Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun.
Ada beberapa cara untuk menghitung besarnya angka kelahiran yaitu:

1.

Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)
Rumus yang digunakan untuk menghitung yaitu:

Angka kelahiran ini disebut kasar karena perhitungannya tidak memperhatikan jenis kelamin dan umur penduduk, padahal yang dapat melahirkan hanya penduduk wanita.

Pada pertengahan tahun 1999 Jakarta berpenduduk 10.000.000 jiwa. Dalam tahun tersebut terdapat kelahiran 250.000 bayi.
Angka kelahiran 25 berarti tiap 1000 penduduk Jakarta setiap tahun terdapat kelahiran 25 bayi. Besarnya angka kelahiran kasar dapat dikatagorikan menjadi tiga yaitu:
a) kurang dari 20 digolongkan rendah
b) antara 20 – 30 digolongkan sedang
c) lebih dari 30 digolongkan tinggi

2.

Angka kelahiran menurut kelompok umur (Age Specific Fertiliy Rate) disingkat ASFR


Dengan rumus tersebut kita dapat mengetahui kelompok umur mana yang paling banyak terjadi kelahiran.
Perlu diketahui bahwa usia 15 – 49 tahun adalah usia subur bagi wanita. Pada usia itulah wanita mempunyai kemungkinan untuk dapat melahirkan anak.


Faktor-faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain:

1)
Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.
2)
Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
3)
Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak.
4)
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran.
5)
Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.
6)
Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.
7)
Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
b.
Kematian (Mortalitas)
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran.
Ada beberapa jenis perhitungan angka kelahiran yaitu:

1)
Angka kematian kasar (Crude Death Rate = CDR)
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertent

- Rendah, jika angka kematian 9 – 13.
- Sedang, jika angka kematian 14 – 18.
- Tinggi, jika angka kematian lebih dari 18.
2)
Angka kematian khusus menurut umur tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR)
Angka ini dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah.


3)
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir.
Bayi adalah kelompok orang yang berusia 0-1 tahun.

Besarnya angka kematian bayi dapat dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Pada umumnya bila masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi tinggi.
Selain perhitungan di atas sering dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir.
Untuk angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut:
- Rendah, jika IMR antara 15-35.
- Sedang, jika IMR antara 36-75.
- Tinggi, jika IMR antara 76-125.
Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).

a)
Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:

- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b)
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:

- Lingkungan hidup sehat.
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.



D. Membandingkan tingkat kepadatan penduduk tiap propinsi dan pulau di Indonesia


            Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus ini adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun.
Distribusi penduduk Indonesia:
Pulau
Persentase
Pulau Jawa
58%
Pulau Sumatra
21%
Pulau Sulawesi
7%
Pulau Kalimantan
6%
Bali dan Nusa Tenggara
6%
Papua dan Maluku
3%
             Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 43.021.826 orang, 37.476.011 orang, dan 32.380.687 orang. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Pulau Jawa, yaitu sebanyak 12.985.075 orang.

             Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km².Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km².Provinsi yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per km².

E.     Mendiskripsikan kondisi penduduk Indonesia berdasarkan Piramida Penduduk


           Susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara grafis dengan perbedaan atas dan bawah. Gambaran tersebut dinamai piramida penduduk. Dalam piramida ada garis horisontal dan garis vertikal, sumbu vertikal menggambarkan umur pen-duduk dari nol sampai dengan 65 tahun lebih, dengan interval satu tahunan ataupun lima tahunan.
           Sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk baik secara absolut maupun relatif dalam skala tertentu. Pada bagian kiri sumbu vertikal digambarkan penduduk laki-laki dan perempuan disebelah kanan. Tidak seluruh piramida penduduk selalu runcing bagian atas. Untuk negara maju, susunan penduduk yang digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, bagian atas sama besar dengan bagian bawah, bahkan ada beberapa negara maju dengan grafik piramida penduduk bagian atas lebih besar.
Dengan piramida penduduk akan dapat diketahui gambaran mengenai:
1) Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan.
2) Penduduk kelompok anak-anak, dewasa dan orang tua.
3) Jumlah angkatan kerja.
4) Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan.
5) Angka ketergantungan.
6) Rasio laki-laki perempuan.
7) Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
8) Perkiraan jumlah kelahiran yang akan datang.

Susunan penduduk atas dasar umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu daerah/negara dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk piramida penduduk, yaitu:
1) Piramida penduduk muda
Piramida penduduk muda (expensive) berbentuk kerucut alasnya lebar dan puncaknya meruncing.

Piramida kerucut ini menggambarkan:
a) Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
b) Kondisi tersebut menggambarkan bahwa penduduk daerah tersebut sedang mengalami pertumbuhan.
c) Tingkat kelahiran dan kematian masih cukup tinggi.
d) Pertumbuhan penduduknya tinggi.
2) Piramida penduduk dewasa

Bentuk piramida menyerupai persegi empat, bentuk tersebut menggambarkan keadaan penduduk:
a) Jumlah penduduk dalam keadaan stasioner.
b) Jumlah kelahiran dan kematian seimbang.
c) Jumlah penduduk relatif tetap.
d) Pertumbuhan penduduk rendah
e) Penduduk muda hampir sebanding dengan penduduk tua.
3)
Piramida penduduk tua
Bentuk piramidanya menyerupai bentuk nisan, bentuk ini menggambarkan:
a) Jumlah penduduk terus berkurang.
b) Angka kelahiran lebih kecil dari angka kematian.
c) Sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia tua.
d)
Pertumbuhan penduduk sangat rendah bahkan tidak ada sama sekali.

Comtoh Bentuk Piramida


F.     Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk

          Untuk mengetahui kualitas penduduk di Indonesia digunakan Indeks Pembangunan Manusia yang dikenal dengan sebutan Human Development Index (HDI). HDI dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP), guna mengukur kesuksesan pembangunan suatu negara. HDI diolah berdasarkan tiga hal, yaitu panjang usia, pengetahuan, dan standar hidup suatu bangsa. Ketiga hal tersebut dijabarkan kedalam tiga indikator yaitu ; tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. HDI ditunjukkan dalam skala 0 – 1, yang mendekati nilai 1 menunjukkan kualitas penduduknya semakin baik. Nilai HDI yang mendekati 0 menunjukkan kualitas penduduknya semakin buruk. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi, akan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi. Sebaliknya kualitas sumberdaya yang rendah akan berpengaruh terhadap produktivitas yang rendah.

a. Tingkat Pendidikan
Sumber daya manusia yang berkualitas mutlak diperlukan dalam pembangunan dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan investasi manusia dimasa datang. Dengan pendidikan yang maju bisa memudahkan masyarakat untuk menerima pembaharuan. Pembaharuan berarti menimbulkan perubahan dalam pembangunan. Sebab-sebab rendahnya tingkat pendidikan di negara kita antara lain, prasaranan dan sarana belum merata, pendapatan per kapita rendah sehingga banyak anak putus sekolah. Untuk itu pemerintah perlu melakukan pembangunan dalam bidang pendidikan, berupa pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Meningkatkan wajib belajar dari sembilan tahun menjadi dua belas tahun. Memberantas buta huruf, dan menggalakkan program paket A, B dan C. Peninkatan beasiswa bagi siswa yang krang mampu ekonomnya.

b. Tingkat Kesehatan
Kualitas sumberdaya manusian dapat di ukur dengan tingkat kesehatan penduduk. Untuk itu pemerintah perlu memberikan pelayanan kesehatan, agar semua lapisan masyarakat mendapat pelayanan yang mudah dan murah, merata. Rakyat sehat negara kuat. Dengan demikian angka harapan hidup dapat ditingkatkan. Angka harapan hidup adalah angka yang menjelaskan perkiraan harapan hidup seseorang sejak lahir hingga meninggal. Disamping itu dengan kesehatan yang baik kematian bayi dapat ditekan, gizi penduduk dapat ditingkatkan. Kematian bayi merupakan indikator tingkat kesehatan penduduk.

c. Tingkat Ekonomi
Tingkat pendapatan per kapita adalah rata-rata pendapatan setiap orang dalam satu tahun. Tingkat pendapatan per kapita dapat dijadikan ukuran kualitas penduduk, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan. Pendapatan per kapita berhubungan dengan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan per kapita bangsa indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan negara-negara lain.


G.    Menganalisi dampak ledakan penduduk

Dampak dari peledakan penduduk, dampaknya diantara lain:
  • Pertumbuhan Penduduk
Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi 1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun 1990-1996 menjadi 1,69 persen.
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok tentang laju pertumbuhan penduduk bila dilihat menurut propinsi pada periode tahun 1990-1996. Angka terendah sebesar 0,01 persen pada propinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 4,39 persen pada propinsi Kalimantan Timur.
Dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Penduduk tingkat nasional terdapat 9 propinsi yang tingkat pertumbuhannya dibawah 1,69 persen, yaitu propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
  • Persebaran Penduduk
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan (luas wilayah) yang tidak seimbang antara Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali. Pulau Jawa yang luas wilayahnya kurang dari 7 persen dihuni oleh 58,7 persen penduduk, sehingga kepadatan penduduk di Pulau Jawa mencapai 880 jiwa per Km2 pada tahun 1996.
Kepadatan penduduk di luar Pulau Jawa, jauh lebih rendah, yaitu baru didiami oleh kurang dari 100 Jiwa setiap Km2 di Pulau Sumatera dan Sulawesi , dan kurang dari 20 Jiwa setiap Km2 di Kalimantan serta khususnya di Irian Jaya yang baru dihuni oleh 5 Jiwa setiap Km2. Gambaran ini selain memberikan petunjuk tentang tidak meratanya persebaran penduduk, juga menunjukkan kurang seimbangnya proporsi luas wilayah.
Bila kepadatan penduduk setiap propinsi dibandingkan, maka luas wilayah di propinsi-propinsi Jawa dan Bali sudah tidak memadai, apalagi DKI Jakarta yang didiami oleh lebih dari 15.732 jiwa per Km2.
  • Persentase Penduduk Kota
Sejak tahun 1971 penduduk perkotaan terus meningkat dengan pesat, yaitu dari 17,3 persen pada tahun 1971 menjadi 22,4 persen pada tahun 1980 dan meningkat menjadi 37,1 persen pada tahun 1996. Hal ini disebabkan proses urbanisasi yang terus menerus terjadi karena kehidupan diperkotaan dianggap lebih baik dan menjanjikan mudah memperoleh kesempatan kerja dan berusaha dari pada di pedesaan sehingga dapat disebutkan pula bahwa meningkatnya penduduk kota tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh keadaan sosial dan pertumbuhan pembangunan secara nasional.
  • Rasio jenis Kelamin
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.
Rasio jenis kelamin penduduk selama tiga periode sensus berada dibawah angka 100 yaitu 97,2 pada tahun 1971, 98,8 pada tahun 1980 dan 99,4 pada tahun 1995 dan tahun 1996. menjadi 99,07.
Pada penduduk kelompok umur 0-14 tahun perkembangan rasio jenis kelamin cenderung tetap diatas 100 yang berarti anak laki-laki lebih banyak dibandingkan anak perempuan sedangkan pada penduduk umur 15-64 (penduduk umur produktif) mengalami kenaikan walaupun masih dibawah 100 dan pada kelompok umur 65+ mengalami penurunan dari 94,16 pada tahun 1971 menjadi 86,80 pada tahun 1995.
  • Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin .
Rincian penduduk Indonesia menurut golongan umur (dalam persen) dan jenis kelamin tergambar dalam piramida penduduk hasil sensus tahun 1971, 1980 dan tahun 1990, menunjukkan ciri yang menarik antara lain :
Pertama, struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong “muda”. Artinya proporsi penduduk dibawah 15 tahun masih tinggi walaupun secara berangsur mulai menurun, yaitu dari 43,97% pada tahun 1971 menjadi 40,90% pada tahun 1980 dan 36,6% pada tahun 1990 kemudian turun menjadi 33,54% pada tahun 1995.
Kedua, Proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) semakin bertambah yaitu 2,51% pada tahun 1971 menjadi 3,25% pada tahun 1980 dan 3,88% pada tahun 1990 menjadi 4,25% pada tahun 1995. Sedangkan proporsi anak dibawah lima tahun terlihat menurun yaitu 16,1% pada tahun 1971 menjadi 14,4% pada tahun 1980, menjadi 11,7% pada thun 1990 dan menjadi 11,3% pada tahun 1994, pada tahun 1995 menjadi 11,1% dan menjadi 10,13 pada tahun 1996. Ketiga, perbandingan laki-laki dan perempuan/sex ratio cenderung meningkat. Persentase penduduk menurut komposisi penduduk menurut umur terjadi perubahan komposisi, yaitu semakin kecilnya proporsi penduduk tidak produktif yaitu yang berumur muda (0-14 th) dan umur lanjut (65 th keatas). Hal ini berarti bahwa angka ketergantungan/angka beban tanggungan semakin kecil. Pada tahun 1971 tercatat sebesar 87 per 100 turun menjadi 61 per 100 pada tahun 1995 dan pada tahun 1996 menjadi 57 per 100 berarti secara rata-rata tanggungan setiap 100 penduduk produktif telah berkurang dari 87 pada tahun 1971 menjadi 61 pada tahun 1995 dan pada tahun 1996 menjadi 57

  • Angka Kelahiran Kasar (CBR)
Berdasarkan perkiraan yang dihitung Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa Angka Kelahiran Kasar di Indonesia telah menurun dari 33,7 per 1000 penduduk pada periode 1980-1985 menjadi 28,7 per 1000 penduduk dan 25,3 per 1000 penduduk pada periode 1985-1990 dan 1990-1995.
  • Transmigrasi
Pelaksanaan pengiriman transmigran dari 8 Propinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejak tahun 1985 – 1993 telah mencapai 571.805 KK (+ 2,6 juta jiwa termasuk transmigran lokal). Dari 21 propinsi penerima transmigran pada tahun anggaran 1991/1992 propinsi Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat adalah penerima transmigran terbanyak sedangkan pelaksanaan transmigrasi umum menurut daerah asal mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1983 tercatat 31.951 Kepala Keluarga dan pada tahun 1995/1996 sebesar 37.970 Kepala Keluarga. Dalam hal ini Propinsi NTT dan NTB disamping sebagai penerima transmigrasi namun dalam perkembanganya menjadi Propinsi Pengirim.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari tempat satu ke tempat lain untuk menetap.

faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi:
1. Faktor pendorong Adalah factor-faktor yang merangsang proses migrasi yang berasal dari tempat asal.
a. Berkurang SDA di tempat asal
b. Ketidakcocokan dengan budaya tempat asal
c. Ingin mencari kehidupan yang lebih layak.

2. Faktor penarik Adalah factor-faktor yang merangsang proses migrasi yang berasal dari tempat tujuan.
a. Rasa superior di tempat yang baru
b. Penghidupan yang lebih layak di tempat yang baru
c. Mencari pekerjaan di tempat yang baru
3. Faktor penghambat migrasi UU larangan migrasi, perang dsb. Menghitung laju migrasi/angka mobilitas
Rumus : M = jumlah perpindahan : jumlah penduduk x 1000
  • Usia kawin pertama.
Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, karena disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan.
Menurut hasil SUPAS tahun 1995 terdapat 21,5 persen wanita di Indonesia yang perkawinan pertamanya dilakukan ketika mereka berumur kurang dari 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan wanita yang melakukan perkawinan dibawah umur tercatat sebesar 24,4 persen dan 16,1 persen.
Persentase wanita kawin usia muda cukup bervariasi antar Propinsi. Persentase Wanita kawin Usia Muda, persentase terendah terdapat pada Propinsi NTT (4,35%), Bali (4,54%) Sedangkan persentase terbesar terdapat pada Propinsi Jawa Timur (40,39%), Jawa Barat (39,6%) dan Kalimantan Selatan (37,5%).
  • Status perkawinan.
Komposisi penduduk 10 tahun keatas di kota maupun desa menurut status perkawinan di Indonesia menunjukkan bahwa penduduk pria dan wanita mengalami perubahan status perkawinannya.
Pada tahun 1990 persentase penduduk wanita berumur 10 tahun keatas dengan status kawin 54,2%, belum kawin 33,4%, cerai hidup 3,1% dan cerai mati 9,3%. Sedangkan penduduk pria dengan status kawin 53,4%, belum kawin 43,9%, cerai hidup 1,0% dan cerai mati 1,6%. Bila dibandingkan dengan tahun 1996 persentase penduduk wanita berumur 10 tahun keatas dengan status kawin 54,88%, belum kawin 33,99%, cerai hidup 2,35% dan cerai mati 8,77%, sedangkan pada penduduk laki-laki status belum kawin 42,04%, kawin 55,69%, cerai hidup 0,69% dan cerai mati 1,58%.
  • Angka Kelahiran Total (TFR)
Berdasarkan hasil SUPAS 1985, Angka Kelahiran Total (TFR) tahun 1980-1985 adalah 4,1 per wanita usia subur. Berarti dalam jangka waktu lima tahun tersebut angka ini mengalami penurunan sebesar 19,5%. Sedangkan hasil Sensus 1990 menunjukkan bahwa TFR sebesar 3,3 per wanita usia subur.
Pengelompokan propinsi menurut perkiraan TFR tahun 1990-1995 dan 1995-2000 seperti terlihat pada Tabel II.A.7 di atas, menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah propinsi yang mempunyai TFR kurang dari 3 sedangkan jumlah propinsi pada kelompok TFR diatas 3 menurun. Bahwa angka kelahiran menurut kelompok umur ibu terjadi penurunan pada setiap periode akan tetapi penurunannya tidak secepat seperti pada periode tahun delapan puluhan. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran pada saat ini sudah cukup rendah yaitu rata-rata setiap Ibu usia 15-49 pada periode tahun 1992-1994 melahirkan anak sebesar 2,86 anak.
  • Ratio Ibu/Anak
Perbandingan jumlah anak usia 0 – 4 tahun terhadap wanita usia subur (15 – 49 tahun) pada tahun 1971 adalah 667 anak per 1000 wanita usia subur. Keadaan pada tahun 1990 dan tahun 1991 telah menurun dari 536 menjadi 460 anak per seribu wanita. Sedangkan keadaan pada tahun 1992, tahun 1994 dan tahun 1996 menjadi 448, 427 dan 364.
Propinsi yang paling tinggi angka rationya adalah Propinsi Timor Timur, NTT, Sulawesi Tenggara, dan NTB, sedangkan yang paling rendah adalah Propinsi, DKI Jaya, DI Yogyakarta dan Bali
  • Rata-rata anak lahir hidup.
Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita pernah kawin merupakan salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur tingkat kelahiran. Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita kawin usia 15-49 tahun 10 pada tahun 1994 dan pada tahun 1996 sebesar 2 0rang anak.
Masalah-masalah kependudukan diatas baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan menyebabkan terjadinya peledakan penduduk, akibat adanyanya peledakan penduduk menyebabkan sumber daya alam yang ada dieksploitasi tanpa memperhatikan etika lingkungan karena penduduk yang pesat tersebut membutuhkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pada akhirnya timbullah masalah lingkungan baik berupa pencemaran, polusi, maupun bencana alam. Untuk itu perlu di canangkan program KB, Transmigrasi, membuat undang-undang tentang perkawinan, guna mengatasi masalah kependudukan.

H.    Mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan kependudukan di Indonesia


          Untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat indonesia maka masalah kependudukan yang menjadi penghambat harus segera dipecahkan, berikut ini adalah upaya pemecahan masalah kependudukan.

         Mengontrol jumlah dan pertumbuhan penduduk.

Untuk mengontrol jumlah dan pertumbuhan penduduk salah satunya yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB) dengan semboyan dua anak saja cukup, dengan demikian diharapkan setiap anak yang lahir akan bisa terurus dengan baik karena jumlah anak yang dilahirkan tidak banyak.

         Pemerataan persebaran penduduk.

Pemerataan penduduk sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman belanda yaitu dengan mengirim penduduk pulau jawa ke sumatra, kalimantan dan pulau-pulau yang lain untuk menjadi pekerja. Hal seperti ini dilanjutkan pada masa orde baru dengan nama transmigrasi, ada banyak perbedaan antara masa belanda dengan masa orde baru, pada masa orde baru orang yang mau transmigrasi di beri tanah, rumah, di jatah bahan makanan dalam kurun waktu tertentu.

Transmigrasi dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk dan memberikan peluang usaha serta pekerjaan bagi masyarakat.

         Peningkatan pelayanan kesehatan.

Kesehatan adalah modal utama manusia dalam ber daya upaya, oleh karena itu kesehatan sangat penting dan karena pentingnya tersebut pemerintah mencanangkan makanan 4 sehat 5 sempurna dan posyandu-posyandu di desa-desa. Apabila generasi muda indoneseia sehat-sehat maka akan dapat bekerja, belajar, berkarya dan berjasa buat bangsa.

         Peningkatan pelayanan pendidikan.

Setelah kesehatan terjamin sekarang tinggal kepandaian, kepandaian di peroleh dari pendidikan. Sekarang ini dunia pendidikan menjadi sorotan seluruh masyarakat indonesia baik dari segi positif maupun dari segi kontroversinya, lepas dari itu semua pemerintah sudah berupaya keras untuk meningkatkan pendidikan di indonesia yaitu dengan memberikan bantuan kepada setiap sekolah dan siswanya. Serta diselenggarakannya SMP dan SMA terbuka yang di khususkan untuk merekayang tidak mampu, sekarang pemerintah mencanangkan program 12 WAJAR (wajib belajar).




































BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan

         Kesimpulan yang dapat di peroleh adalah kita sebagai negara Indonesia harus lebih bisa menyikapi permasalahan pensusuk yang ada di Indonesia. Dan kita sebagai generasi muda dan generasi penerus bangsa harus bisa menanggulangi permasalahan penduduk di masa yang akan datang.

B.     Rangkuman

Ø  Penduduk Indonesia adalah mereka yang tinggal di Indonesia pada saat dilakukan sensus dalam kurun waktu minimal 6 bulan.
Ø  Kuantitas penduduk adalah jumlah penduduk suatu daerah/negara.
Ø  Kuantitas penduduk berkaitan dengan masalah pertumbuhan penduduk dan migrasi.
Ø  Permasalahan yang berkaitan dengan kepadatan penduduk antara lain ledakan penduduk yakni jumlah penduduk melebihi daya tampung.
Ø  Masalah utama dalam bidang kependudukan Indonesia menghadapi berbagai masalah:

·        Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
·        Persebaran penduduk yang tidak merata.
·        Kualitas penduduk relatif masih rendah.

Ø  Masalah kualitas penduduk dapat diamati melalui komposisi penduduk, angka beban ketergantungan, angka usia harapan hidup, dan rasio jenis kelamin.
Ø  Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas dasar kriteria tertentu dan untuk tujuan tertentu pula.
Ø  Angka beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang termasuk usia tidak produktif dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif.
Ø  Angka usia harapan hidup adalah ratarata usia penduduk yang diperhitungkan sejak kelahiran.
Ø  Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.



C.    Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarat: Rineka Cipta.
Chodwich, bruce A., dkk. 1991. Terjemahan Dr. sulistia M.L., dkk. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan. IKIP Semarang Press.
Rahmat, Jalahudin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S
Patmono, S.K. 1996. Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.



CATATAN